Atasnama BP2KY, saya meminta agar para stakeholder bisa menata diri agar tidak terjadi penyimpangan kebijakan yang dapat mengganggu image Yogyakarta Sabtu, 18 Juni 2022 Cari
Beberapahal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kepariwisataan, berkaitan dengan aspek lingkungan, yaitu: 1. Daya Dukung Lingkungan. Setiap daerah tujuan wisata mempunyai kemampuan tertentu dalam menerima jumlah wisatawan. Kemampuan ini yang disebut sebagai daya dukung lingkungan.
Pembuanganlimbah merupakan masalah besar di lingkungan alami. Menurut perkiraan, kapal pesiar di Karibia menghasilkan lebih dari 70.000 ton limbah setiap tahun. Jika limbah dibuang secara tidak bertanggung jawab di laut, dapat menyebabkan kematian hewan laut. Bahkan Gunung Everest tidak bebas dari limbah yang dihasilkan manusia.
Vay Tiá»n Nhanh. Travel News Warga menyewakan jasa kuda untuk naik ke Gunung Bromo di Probolinggi, Jawa Timur, Minggu 13/11/2011. Gunung Bromo merupakan gunung api aktif yang ada di kaldera Tengger. Gunung ini menjadi tujuan wisatawan dalam maupun mancanegara. JAKARTA, - Imbauan untuk stakeholderagar konsisten dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, perlu diberikan standar khusus. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu. âPengembangan pariwisata yang berkelanjutan berarti pengembangan pariwisata harus dijalankan tanpa merusak lingkungan, tatanan sosial dan budaya setempat serta memberi manfaat kepada komunitas dan masyarakat lokal,â kata Mari saat ditemui seusai pembukaan Seminar Nasional Kepariwisataan bertema Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutanâ, Rabu 17/9/2014 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona. Maka, mengingat pentingnya hal tersebut, Mari juga menyebutkan perlu adanya campur tangan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata daerahnya agar terus berkelanjutan. âJangan sampai, masyarakat lokal hanya menjadi penonton,â MADE ASDHIANA Wisatawan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Pada kesempatan tersebut, Mari menuturkan bahwa aspek pengembangan pariwisata yang paling pokok adalah persiapan dan pengembangan destinasi dan produk wisata yang berkelanjutan, dan karena pentingnya berbagai aspek serta keterlibatan dari banyak pemegang kepentingan, maka kompleksitas yang dihadapi juga cukup tinggi. Karena itu lah perlu adanya kesadaran, pemahaman yang sama dan koordinasi antar berbagai pihak. âEsensi dari pariwisata berkelanjutan kan itu. Kriterianya antara lain, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat. Dengan begitu akan mendatangkan dampak yang terus positif,â katanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Desa Bayan Jadi Obyek Ekowisata Budaya Pengunjung TN Tanjung Puting Didominasi Wisman Banyuwangi Gencar Bangun Ekowisata Bali Utara dan Lombok Selatan Berpotensi Jadi Ekowisata Ekowisata, Masa Depan Pariwisata NTT Rekomendasi untuk anda Powered by Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda. Terkini Lainnya Terpopuler }\=1d"datIi _1t& a a a a n.. /h &!creat-e"> ata-loadedc-d b a n.. ata-lod6bs"> /h &!c+$]DatoReqibf!creat-e"> /h reat-e"> /h & reatakd=.e="toh ? L=Aviviays*24*60*6xnAvivb=Aviviays*24S x"> g,i. /.roY79G clhtt4 ga/script] ata-l4enable=null== /.romn6oode,l4enab } m"userCassLiassLiassLiassL*cla+
AsianDream/Getty Images Tingginya jumlah kunjungan harus dibarengi dengan peningkatan perawatan lokasi wisata. - Jika Anda tinggal di wilayah yang menjadi tujuan wisata, Anda mungkin takut akan musim liburan. Demikian juga halnya dengan para wisatawan, mereka tidak puas dan mengeluh tentang pantai, taman nasional atau objek wisata lainnya yang padat dan tercemar. Masalah terlalu banyak turis yang dihadapi beberapa negara atau biasa disebut âovertourismâ sekarang menjadi masalah serius. Pengalaman berwisata yang menyenangkan bukanlah sumber daya alam yang terbatas layaknya minyak bumi, tapi banyak tujuan wisata populer di Eropa saat ini telah sampai pada titik puncaknya atau disebut sebagai âpeak tourismâ. Baca Juga Kalahkan Italia dan Jepang, Spanyol Jadi Negara Paling Sehat di Dunia Di Amsterdam, Belanda hingga Dubrovnik, Kroasia telah muncul rasa khawatir tentang polusi suara, taman yang penuh, tekanan pada fasilitas publik dan kenaikan harga sewa. Dalam apa yang digambarkan sebagai âpertempuran globalâ antara pelancong dan penduduk lokal, protes anti-turis telah terjadi di Barcelona, Spanyol dan Venesia, Italia. Pertumbuhan pariwisata yang tidak berkelanjutan Berada di tempat cukup tersembunyi dan sangat indah di Pasifik Selatan, Selandia Baru, tampaknya juga memiliki kekhawatiran yang sama. Hal ini yang menjadi latar belakang Massey University menjadi tuan rumah konferensi penelitian pertama di dunia tentang pariwisata dalam kaitannya meraih tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Antara 2013 dan 2018, kedatangan wisatawan internasional di Selandia Baru naik dari 1,2 juta menjadi 3,8 juta wisatawan. Selama 12 bulan hingga Maret tahun lalu, wisatawan menghabiskan hampir A$ 40 miliar atau setara dengan Rp 400 triliun, dan industri pariwisata saat ini menyumbang kontribusi sebesar satu dari setiap 12 pekerjaan. Ekonom melihat pertumbuhan ini sebagai hal yang sangat positif bagi kemajuan negara, tapi banyak warga Selandia Baru yang menyangsikan hal ini 39% warga telah menyatakan keprihatinan atas dampak negatif dari peningkatan pengunjung internasional. Tekanan terhadap beberapa tujuan wisata khususnya sangat kuat. Misalnya, penduduk Queenstown, sebuah kota wisata terkenal untuk musim panas dan musim dingin, harus menjadi tuan rumah bagi sekitar tiga juta pengunjung per tahun. Baca Juga Tiga Teori yang Menyatakan Bahwa Asteroid Oumuamua Bukan Kapal Alien Sementara itu, lembaga-lembaga pemerintahan daerah menyesalkan adanya permintaan berlebih pada infrastruktur publik dan dampak pembuangan limbah dari wisatawan yang berkemah secara bebas. Para kontraktor di empat lokasi perkemahan gratis di Otago Tengah telah berjuang untuk membersihkan 16 ton sampah yang terakumulasi selama dua bulan terakhir. Salah satu contoh kasus dilema industri pariwisata adalah kasus wisata kapal pesiar di Pelabuhan Akaroa. Ada pertentangan antara beberapa pemilik bisnis yang mata pencahariannya bergantung pada turis pesiar dengan penduduk lokal yang merasakan pelabuhan dan kota kuno mereka yang indah telah diwarnai oleh polusi udara, kebisingan, dan kemacetan karena ratusan wisatawan mampir ke kota mereka. panaramka/Getty Images/iStockphoto Salah satu dampak dari tingginya jumlah kunjungan adalah sampah yang mencemari lingkungan. Di Australia, pantai dengan pasir terputih paling terkenal di dunia yang tercatat di daftar rekor dunia Guinness WorldâHyams Beachâtelah menolak ribuan pengunjung potensial selama periode Natal dan Tahun Baru. Hal ini karena hanya ada 110 penghuni tetap dan 400 tempat parkir di lokasi tersebut, namun terdapat sekitar wisatawan mengunjungi pantai setiap harinya selama musim panas. Kejadian-kejadian ini telah menggambarkan besarnya tekanan dan ketegangan yang dibawa turis ke banyak bagian dunia, sehingga diperlukan cara-cara yang lebih baik untuk mengatur aktivitas wisata namun tetap mendapatkan keuntungan bagi daerah tujuan wisata. Langkah ke depan yang lebih berkelanjutan Jelaslah bahwa sebagian besar orang tidak ingin menghentikan pariwisata. Melainkan mereka menginginkan industri ini agar dapat lebih berkelanjutan. Namun demikian istilah âpariwisata berkelanjutanâ telah lama dikritik karena kurang berdampak dan dilihat hanya sebagai upaya untuk mempertahankan pariwisataâ, sesungguhnya ada solusi lainnya. Baca Juga Mengapa Denim Kebanyakan Berwarna Biru? Berikut Asal Usulnya Kita dapat mengacu kepada ke-17 tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa PBB. SDGs ini telah diratifikasi pada 2015 oleh 193 negara dan akan memandu pembangunan global hingga 2030. SDGs mewajibkan pemerintah, masyarakat sipil, dan kepentingan bisnis untuk memainkan peran mereka dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Selain itu, SDGs memiliki beragam cara untuk terus mempertimbangkan aspek keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan. SDGs dapat membantu memandu industri pariwisata untuk membuat pilihan yang lebih berkelanjutan. Sebagai contoh, sebuah strategi oleh hotel, kapal pesiar dan restoran untuk membeli sebanyak mungkin produk segar dari petani lokal akan mempersingkat rantai pasokan dan menghemat biaya ataupun risiko lingkungan yang dibutuhkan untuk membawa makanan yang ada dengan demikian telah berkontribusi pada pencapaian SDG ke-13 yaitu memerangi perubahan iklim. Hal ini juga akan meningkatkan pembangunan ekonomi daerah setempat menyumbang terhadap pecapaian SDG pertama tentang pengentasan kemiskinan. Penginapan di Pasifik dapat mengatasi pelecehan seksual yang dilakukan oleh para para tamu terhadap karyawan penginapan untuk menunjukkan bahwa mereka peduli dengan SDG yang ke-8 tentang "pekerjaan yang layak untuk semuaâ dan SDG ke-5 tentang âmemberdayakan semua perempuan dan anak perempuanâ. Baca Juga YLKI Kantong Plastik Berbayar Tak Signifikan Kurangi Penggunaan Kantong Plastik Untuk tempat-tempat pariwisata yang menjual produk-produk mewah dan pengalaman yang memanjakan, dan karenanya membebani lingkungan alam dan menghasilkan masalah pengelolaan limbah. SDG ke-12 tentang produksi dan konsumsi berkelanjutan dapat mendorong perusahaan untuk menawarkan produk yang lebih berkelanjutan kepada wisatawan sehingga dapat mengurangi pemborosan energi, air, dan makanan. Upaya untuk mengambil manfaat dari pariwisata sambil mencegah pariwisata yang berlebihan harus tetap memperhatikan SDGs. Ariza Muthia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris Regina Scheyvens, Professor of Development Studies, Massey University Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Jakarta - Setelah kasus Covid 19, Indonesia kembali menjadi perhatian dunia internasional. UNESCO meminta pemerintah untuk menghentikan proyek pembangunan infrastruktur pariwisata di Taman Nasional Komodo. Pembangunan tersebut dianggap dapat merusak lingkungan dan mengganggu habitat Komodo. Bahkan belum melakukan kajian mengenai dampak lingkungan. Permintaan UNESCO disambut pro-kontra di dalam negeri. Aktivis lingkungan merasa mendapatkan angin segar, sedangkan Gubernur NTT menyatakan pembangunan sudah mempertimbangkan semua aspek termasuk perlu menjadikan teguran UNESCO sebagai warning dalam pengelolaan wisata alam. Pengelolaan wisata alam harus berorientasi kelestarian ekosistem dibandingkan tujuan ekonomi semata. Kelestarian akan menjaga keberlanjutan daya tarik wisata alam sehingga keuntungan ekonomi akan terus bertahan. Namun apabila pengembangan tanpa mempertimbangkan lingkungan maka keuntungan hanya dapat dirasakan dalam jangka Wisata Alam Indonesia dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa karena memiliki keindahan alam dan keanekaragaman hayati. Julukan tersebut membuat beberapa objek wisata menjadi tujuan turis luar negeri. Pulau Bali, Wakatobi, Raja Ampat, Lombok, Labuan Bajo, atau Bunaken adalah contoh objek wisata kelas dunia. Modal given ini pengelolaaannya harus diperlakukan seperti sumber daya yang tidak dapat adanya pandemi COVID-19, pariwisata memegang peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa sektor pariwisisata berkontribusi 4,8% kepada Produk Domestik Bruto PDB pada 2019. Tenaga kerja sektor pariwisata mencapai 12,7 orang atau 10% dari total penduduk yang bekerja. Selain itu, jumlah penerimaan devisa negara tidak dapat dianggap sebelah mata. Pada 2018, devisa sektor ini mencapai Rp 229 triliun rupiah. Kondisi ini membuat banyak pihak ingin mengambil manfaat ekonomi dari sektor Dukung Pengelolaan wisata perlu mempertimbangkan daya dukung dalam mendukung turis yang berkunjung. Definisi daya dukung adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya UU nomer 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ekosistem yang menjadi daya tarik wisata alam mempunyai batasan tertentu untuk mendukung kegiatan wisata. Apabila batasan tersebut terlampaui, maka dapat merusak dan mengganggu ekosistem. Pembangunan infrastruktur pariwisata bertujuan untuk menarik minat sehingga meningkatkan kunjungan jumlah turis. Peningkatan dikhawatirkan menambah tekanan terhadap lingkungan hidup. Selain itu, pembangunan akan mengalihfungsi lahan yang seharusnya memiliki fungsi lindung seperti penyerapan air atau pencegahan longsor. Pembangunan infrastruktur pariwisata harus dikaji lebih detail terutama dampaknya terhadap lingkungan. Pemerintah seharusnya tidak hanya melihat kuantitas pengunjung sebagai indikator keberhasilan pengelolaan sektor pariwisata. Jumlah turis yang berlebihan dapat berakibat negatif seperti kerusakan alam, flora-fauna stres, atau timbulnya sampah. Apabila kondisi tersebut dibiarkan akan mengurangi kenyamanan dan menyebabkan kecewa turis yang berkunjung. Selain itu, jumlah turis yang terlalu banyak tanpa diimbangi oleh pengawasan juga akan berdampak negatif. Lemahnya pengawasan dapat menimbulkan perilaku turis tidak bertanggung jawab. Vandalisme atau kegiatan yang melanggar aturan sering terjadi di obyek wisata. Apalagi setelah adanya media sosial, banyak turis hanya sekadar mengikuti tren tanpa mempertimbangkan kerugian utama apabila wisata alam dieksploitasi tanpa memperhatikan daya dukung. Pertama, manfaat ekonomi akan berkurang karena jumlah turis berkurang akibat kerusakan atau hilangnya daya tarik alam. Masyarakat akan kehilangan sebagian pendapatannya dan pendapatan asli daerah PAD menurun. Kerugian kedua adalah hilangnya keindahan alam dan keaneragaman hayati. Kegiatan turis dkhawatirkan mengganggu habitat flora-fauna langka. Apalagi komodo yang merupakan hewan purba dan hanya terdapat di Pulau Komodo. Hal ini yang menjadi keresahan utama aktivis lingkungan hidup. Terdapat beberapa contoh kawasan wisata yang mengalami penurunan fungsi ekosistem akibat masifnya kunjungan turis. Cladio Milano dalam bukunya Overtourism dan Tourismphobia menceritakan dampak negatif masifnya turis di Venesia. Jumlah kunjungan yang berlebihan menyebabkan merusak pemandangan dan fondasi gedung bersejarah. Maladewa mengalami permasalahan sampah akibat meningkatnya jumlah turis sedangkan lahan untuk pengolahan sampah terbatas. Ubah OrientasiPemerintah harus meninjau kembali orientasi pengelolaan wisata alam, terutama yang terkait pelestarian keanekaragaman hayati. Jangan sampai semua objek diarahkan untuk wisata massal. Objek dengan kekayaan alam harus dijadikan wisata minat khusus untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem. Perlakuan khusus dan pembatasan kalau perlu dilakukan untuk mencegah dampak di wisata minat khusus menjadi sarana seleksi kualitas turis yang berkunjung. Kualitas yang dimaksud adalah turis yang memang mempunyai daya beli dan kesadaran terhadap lingkungan tinggi. Keuntungan ekonomi didapatkan tanpa harus merusak lingkungan. Ibarat peribahasa, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau satu contoh sukses adalah Desa Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran yang merubah orientasi dari wisata masal menjadi berwawasan lingkungan berbasis masyarakat. Secara jumlah pengunjung memang turun drastis tetapi pendapatannya justru meningkat. Inovasi dan pengelolaan yang tepat menjadi kunci keberhasilan di apabila sumberdaya wisata alam dikelola tanpa memperhatikan daya dukung hanya demi keuntungan jangka pendek. Kerusakan akan menimbulkan kerugian tak ternilai karena sulit atau bahkan tidak dapat dipulihkan kembali. Miris membayangkan apabila anak cucu kita hanya melihat keindahan dan flora-fauna dari foto tanpa dapat merasakan Adinugroho alumni Fakultas Geografi UGM, konsultan Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Lingkungan Hidup mmu/mmu
lingkungan masyarakat yang dapat merusak citra pariwisata nasional